Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Rendezveus

Ki, kamu itu teman kesayangan. Ki, nanti Angga ngajak aku nonton. Ki, temenin ngobrol ya. Ki, aku kesel sama temen kantorku. Ki, ke Jogja yuk? Ki, aku bete...makan enak yuk? Ki, kangen. Ki, aku pengen curhat. Ki, aku bosan. Makan yuk? Ki, ini lucu enggak? Ki, Angga nembak aku. Ki, aku menerima Angga. Dan tak ada lagi panggilan darinya. Puncaknya adalah saat kami mengobrol di Houtend Hand menjelang akhir tahun di tahun 2014. “Dis, aku enggak pernah menganggapmu seorang teman. Aku mencintaimu.” Dan sejak itu, Disty tak lagi sama memandangku. “Aku kecewa sama kamu, Ki.” Disty meninggalkanku, dan Chocorado yang belum sempat ia minum pun dingin.

Tentang Masa Lalu

Karena yang pergi belum tentu ingin kembali. Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali melihatnya panik mencari kunci rumahnya. Kunci dengan gantungan dari kain flanel berbentuk Dinosaurus. Melihatnya berkeliling di area parkir Gramedia Basuki Rahmad, mencari kunci rumahnya. Aku mendekatinya. “Kamu mencari ini?” kataku menyodorkan kunci dengan gantungan kunci berbentuk Dinosaurus. Ia yang duduk jongkok, mendongak ke arahku. Matanya berbinar, bahagia. “Iya! Kok tahu? Ketemu di mana? Aaak...makasih ya.” Aku tersenyum, “Tadi kamu menjatuhkannya di sini, aku sengaja menunggumu di sini. Hehehe.” “Oh,” “Rizky,” kataku, mengulurkan tangan ke arahnya. Ia memandang tanganku, “Disty,” sambutnya. Setelah ia menyambut uluran tanganku, ia pamit. Mungkin merasa aneh begitu ia tahu aku sengaja menunggunya kembali ke area parkir untuk mencari kunci alih-alih memanggilnya. Aku memandang punggungnya menjauh, aku melihatnya berjalan ke arah warung waralaba milik Rona

Pulang

Malang, Januari 2018 Kembali ke kota ini mungkin hal yang tidak pernah aku bayangkan. Sempat terpikir mungkin hanya kebetulan yang akan membawaku kembali ke Malang, setelah kejadian tidak menyenangkan bersama Disty. Ketika akhirnya aku harus mengubur perasaanku dalam-dalam. “Ki, tanggal 5 besok kamu berangkat ke Malang ya? Stay di sana selama 2 bulan. Ada yang tidak beres dengan laporan Adit.” Ucap atasanku dari sambungan telpon yang aku terima di malam pergantian tahun. “Ok,” sanggupku. Maka di sinilah aku, kembali ke Malang. Kota yang selama 3 tahun ini sangat kuhindari tapi sekaligus kurindukan. Aku menutup laptopku, melepas kacamata dan memijat pelipisku pelan. Aku beralih  ke balkon kantorku saat ini. Ruanganku terhubung langsung dengan balkon yang menghadap ke arah jalan. Dari sini aku dapat melihat Jalan Wilis. Jalan yang biasa aku lalui saat akan berkunjung ke rumah Disty. Dis, aku kangen kamu. Seharusnya aku bisa menghubungi Disty sekarang. Entah

Awal Mula

31 Desember 2017 Obat patah hati adalah kesibukan. Maka, dari ketinggian 27 kantorku aku melihat kembang api menghias terang langit di malam tahun baru ini. Sejak tadi pagi aku tak melepaskan pandanganku dari deretan angka-angka yang ada pada layar laptopku. Sesuatu yang biasa kulalui sepanjang hari selama tiga tahun ini. Mungkin agak berbeda di malam ini. Malam ini adalah pergantian tahun ketika semua orang asyik dengan acara malam pergantian tahun aku malah berdiam dengan angka-angka. Seharusnya aku menerima tawaran beberapa teman untuk menghabiskan malam pergantian tahun ini. Larut dalam tawa semu mungkin akan membuatku merasa baik-baik saja. Sedikit saja. Melupan hal gila yang aku lalui beberapa tahun ini. “Happy New Year, Mbul.. “ ucapku pelan. Dan aku merasa sangat sepi meski kembang api semakin ramai menghias langit malam ini. ... Di teras rumahnya, Disty melihat deretan angka pada layar handphonenya. Nomor telpon yang tak akan pernah ia lupakan. Ragu ia menekan to

Review Kura-Kura Berjanggut, Menilik Perjalanan Merica

Sudah lama saya tidak menyelesaikan buku dengan semangat. Saya membaca Kura-Kura Berjanggut tanpa ekspektasi, hanya berbekal jika buku ini memenangkan salah satu kategori bergengsi di Kusala Sastra Khatulistiwa. Jadi mari mereview buku setebal 900 halaman lebih ini. Porsi terbesar novel ini bercerita tentang perang antara istana Lamuri melawan kongsi dagang Ikan Pari Itam. Perseteruan negara versus korporasi internasional ini berlangsung di seputar perebutan monopoli perdagangan merica. Azhari Aiyub membagi dua fase perseteruan ini, menjadi perseteruan Ikan Pari Itam dan Sultan Maliksyah. Untuk naik jabatan Sultan Maliksyah, ayah dari Anak Haram ini melalui pergolakan dan sedikit tipu muslihat. Tidak hanya itu Sultan Nurruddin alias Anak Haram naik takhta, juga lewat serangkaian pembantaian, termasuk pembersihan terhadap keluarga istana yang telah memenjarakannya dan orang-orang kongsi dagang Ikan Pari Itam berikut keluarga mereka. Mengikuti perjalanan si Anak Haram

Seharusnya Hidup Semudah Itu

copyright unsplash.com/@beccatapert Kalau kangen kan tinggal bilang, ajak ketemuan. Seharusnya hidup sesimpel itu. Bener enggak? Sayangnya, sebagai manusia gengsi seringkali ditinggikan. Jadi saat kangen bukannya bilang kangen eh malah sibuk menebar kode di semua social media. Beruntung jika kode tersampaikan, jika tidak? Yang ada makin nyesek. Seperti halnya saat PDKT Semua orang tentu setuju jika PDKT adalah momen termanis dalam hubungan. Ya, ibaratnya minum es teh, PDKT seperti momen kamu minum es teh yang lupa diaduk. Manis banget. Sehingga lupa, kadang dalam hubungan ada sisi tidak manisnya. Ya, seharusnya PDKT adalah momen yang tidak rumit. Tapi sekali lagi, manusia suka membuat segalanya menjadi rumit. Sekadar menebak, kira-kira pantes enggak sih chat dia saat seperti ini? Kira-kira dia marah enggak ya, ketika aku tanya sedang apa? Cheesy enggak? Murahan enggak? Ugh! *nelan batu bata* Mengapa cinta jadi penuh dengan kehati-hatian? Mengapa jadi rumit.

Tidak Peduli

copyright unsplash.com/@a2foto Sembuh itu kalo curhat nggak lagi pake nangis atau marah. Selama masih emosi ya artinya belum ikhlas, belum bisa nerima keadaan ~ @Dear_Connie Cuitan dari @Dear_Connie itu mengingatkan saya pada kejadian Ramadan kemarin. Saat saya bercerita kepada partner, bahwa saya telah memaafkan 'dia' yang kerap saya sebut dengan Dementor. Beberapa teman dekat mungkin tahu betapa saya kelewat membenci dan kecewa kepada 'dia' tersebut. Peristiwa Ramadan kemarin menjadi titik balik saya, teringat pesan dari Siro, sahabat saya. Bahwa tidak selamanya saya dapat menghindari apa yang saya benci. Maka yang memilih untuk tidak peduli. Tidak lagi memikirkan dan berharap permintamaafan dari dia. Tidak lagi peduli, jika bisa jadi ia masih menganggap dia paling benar. Kembali lagi, saya hanya ingin menyelamatkan jiwa saya. Siro benar, yang sedang perlu dikasihani adalah diri saya. Yang perlu disembuhkan adalah saya. Dan yang bisa menolong saya h

Virgo dan Hujan di Bulan Januari

copyright pexels.com Dia adalah Virgo. Wanita dengan senyum yang selalu ia sembunyikan di balik masker.Ia membenci kamera, tidak seperti kebanyakan orang yang begitu memuja kamera. Ia suka bercerita, mungkin untuk membuang gugup atau membentengi agar tidak jatuh cinta kepada seseorang yang tidak tepat. Mungkin itu caranya untuk bertahan. Januari bertanya tentang bagaimana perasaan Virgo siang itu, saat Januari sedang mengikuti meeting di kantor pusat yang kebetulan kota yang sama tempat Virgo tinggal beberapa bulan ini. "Kita bagaimana?" Virgo tidak menjawab. Ia memilih menghilang, membiarkan telpon dari Januari berhenti tanpa jawaban. Puluhan pesan ia biarkan menggantung tanpa balas. Bukan Virgo tidak mencintai laki-laki itu. Ia hanya merasa Januari tidak pernah mencintainya dengan tulus. Virgo merasa ada yang berbeda dengan Januari. Ia tak lagi sama dengan yang Virgo kenal beberapa tahun lalu. Virgo hanya takut kecewa, kepada Januari yang kerap datang kala